
Dubai dikenal sebagai kota kemewahan dan inovasi di Uni Emirat Arab (UEA). Dengan arsitektur futuristik, pusat perbelanjaan mewah, dan industri pariwisata yang terus berkembang, Dubai telah menjadi simbol kemajuan Timur Tengah. Namun, satu hal yang selama ini tidak ditemukan di kota ini adalah casino. Alasannya cukup jelas: UEA adalah negara dengan sistem hukum berbasis syariah yang melarang perjudian.
Namun, pada beberapa tahun terakhir, isu legalisasi casino di Dubai mulai mengemuka. Munculnya rencana dan indikasi pembangunan resort dengan fasilitas perjudian memicu banyak spekulasi tentang kemungkinan perubahan kebijakan. Apakah Dubai benar-benar akan membuka pintunya bagi industri kasino? Dan jika ya, apa konsekuensinya?
Sebagai bagian dari negara-negara Teluk dengan mayoritas penduduk Muslim, perjudian dilarang secara ketat di UEA. Berdasarkan hukum pidana UEA (Federal Law No. 3 of 1987), perjudian didefinisikan sebagai permainan yang melibatkan untung-untungan untuk mendapatkan uang, dan hal tersebut adalah tindakan ilegal.
Larangan ini juga mencakup:
- Casino fisik
- Taruhan olahraga
- Perjudian daring
- Lotere umum (kecuali skema promosi yang tidak dikategorikan sebagai judi murni)
Pelaku perjudian bisa dikenai hukuman penjara hingga dua tahun atau denda, bahkan jika hanya sebagai pemain.
Namun, di tengah tekanan globalisasi dan upaya diversifikasi ekonomi, Dubai tampaknya mulai membuka ruang diskusi tentang kemungkinan membuka sektor ini dengan kontrol yang ketat.
Pada tahun 2022, sebuah pengumuman mengejutkan datang dari Ras Al Khaimah, salah satu dari tujuh emirat UEA. Pemerintah setempat mengumumkan rencana pembangunan resor terpadu oleh Wynn Resorts, sebuah operator kasino ternama dari Amerika Serikat. Proyek ini disebut-sebut akan mencakup “zona permainan“, meskipun tidak secara eksplisit menyebut kata “casino”.
Resor ini direncanakan akan dibuka di Pulau Al Marjan, dan menjadi resort pertama di UEA yang mengindikasikan kemungkinan menawarkan perjudian secara legal. Banyak pihak melihat ini sebagai uji coba untuk melihat respons publik dan pasar terhadap legalisasi terbatas perjudian di wilayah Teluk.
Sinyal tersebut diperkuat dengan pembentukan General Commercial Gaming Regulatory Authority (GCGRA) pada 2023, yakni otoritas pengawas perjudian komersial yang diketuai oleh mantan CEO MGM Resorts. Ini menandai langkah serius UEA menuju regulasi dan pengawasan aktivitas perjudian dengan sistem yang terstruktur.
Meskipun proyek pertama ada di Ras Al Khaimah, Dubai tetap menjadi pusat perhatian. Sebagai emirat paling modern dan kosmopolitan di UEA, Dubai memiliki semua syarat untuk menjadi pusat perjudian kelas dunia, seandainya pemerintah memberikan izin.
Faktor-faktor yang mendukung potensi ini:
- Infrastruktur kelas dunia: Bandara internasional, hotel bintang lima, dan konektivitas global.
- Wisatawan internasional: Dubai menarik lebih dari 15 juta wisatawan per tahun.
- Investor global: Minat dari operator besar seperti Las Vegas Sands, MGM, dan Caesars.
- Daya saing regional: Dengan Qatar dan Arab Saudi juga membuka pintu investasi hiburan, Dubai perlu tetap kompetitif.
Namun, hingga kini, Dubai belum secara resmi mengumumkan rencana membuka casino. Pihak berwenang masih sangat berhati-hati agar tidak bertentangan dengan norma agama dan budaya lokal.
Untuk mengatasi dilema antara pertumbuhan ekonomi dan nilai budaya, Dubai bisa mengadopsi pendekatan berikut:
- Model Terbatas: Casino hanya untuk ekspatriat dan turis asing, dengan larangan ketat bagi warga lokal.
- Zona Khusus: Seperti di Ras Al Khaimah, casino bisa dibatasi hanya di pulau atau kawasan tertentu.
- Sistem Pengawasan Ketat: Menggunakan teknologi dan regulasi ketat untuk mencegah pencucian uang dan pelanggaran hukum.
- Layanan Rehabilitasi: Menyediakan pusat konseling dan edukasi tentang bahaya kecanduan judi.
- Peningkatan Kesadaran Publik: Melibatkan masyarakat dan tokoh agama dalam diskusi terbuka tentang risiko dan manfaatnya.
Keberadaan casino di Dubai masih dalam wilayah spekulatif, namun bukan lagi hal yang mustahil. Perubahan regulasi di emirat tetangga dan pembentukan otoritas gaming nasional menunjukkan adanya pergeseran paradigma di UEA. Pertanyaannya bukan lagi “apakah” casino akan hadir, melainkan “kapan dan bagaimana” hal itu akan dilakukan.
Dubai sebagai kota global di jantung dunia Timur Tengah kini berdiri di persimpangan jalan: antara mempertahankan nilai-nilai tradisional atau membuka diri terhadap peluang ekonomi modern yang besar. Waktu akan menentukan pilihan yang diambil.